Cari Blog Ini

Minggu, 04 Desember 2011

SEJARAH DAKWAH RASULULLAH SAW PERIODE MEKAH


1. Masyarakat Arab Jahiliyah Periode Mekah
Objek dakwah Rasulullah SAW pada awal kenabian adalah masyarakat Arab Jahiliyah, atau masyarakat yang masih berada dalam kebodohan. Dalam bidang agama, umumnya masyarakat Arab waktu itu sudah menyimpang jauh dari ajaran agama tauhid, yang telah diajarkan oleh para rasul terdahulu, seperti Nabi Adam A.S. Mereka umumnya beragama watsani atau agama penyembah berhala. Berhala-berhala yang mereka puja itu mereka letakkan di Ka’bah (Baitullah = rumah Allah SWT). Di antara berhala-berhala yang termahsyur bernama: Ma’abi, Hubai, Khuza’ah, Lata, Uzza dan Manar. Selain itu ada pula sebagian masyarakat Arab Jahiliyah yang menyembah malaikat dan bintang yang dilakukan kaum Sabi’in.
2. Pengangkatan Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul
Pengangkatan Muhammad sebagai nabi atau rasul Allah SWT, terjadi pada tanggal 17 Ramadan, 13 tahun sebelum hijrah (610 M) tatkala beliau sedang bertahannus di Gua Hira, waktu itu beliau genap berusia 40 tahun. Gua Hira terletak di Jabal Nur, beberapa kilo meter sebelah utara kota Mekah.
Muhamad diangkat Allah SWT, sebagai nabi atau rasul-Nya ditandai dengan turunnya Malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu yang pertama kali yakni Al-Qur’an Surah Al-‘Alaq, 96: 1-5. Turunnya ayat Al-Qur’an pertama tersebut, dalam sejarah Islam dinamakan Nuzul Al-Qur’an.
Menurut sebagian ulama, setelah turun wahyu pertama (Q.S. Al-‘Alaq: 1-5) turun pula Surah Al-Mudassir: 1-7, yang berisi perintah Allah SWT agar Nabi Muhammad berdakwah menyiarkan ajaran Islam kepada umat manusia.
Setelah itu, tatkala Nabi Muhammad SAW berada di Mekah (periode Mekah) selama 13 tahun (610-622 M), secara berangsur-angsur telah diturunkan kepada beliau, wahyu berupa Al-Qur’an sebanyak 4726 ayat, yang meliputi 89 surah. Surah-surah yang diturunkan pada periode Mekah dinamakan Surah Makkiyyah.
3. Ajaran Islam Periode Mekah
Ajaran Islam periode Mekah, yang harus didakwahkan Rasulullah SAW di awal kenabiannya adalah sebagai berikut:
a. Keesaan Allah SWT
b. Hari Kiamat sebagai hari pembalasan
c. Kesucian jiwa
d. Persaudaraan dan Persatuan


STRATEGI DAKWAH RASULULLAH SAW PERIODE MEKAH
Tujuan dakwah Rasulullah SAW pada periode Mekah adalah agar masyarakat Arab meninggalkan kejahiliyahannya di bidang agama, moral dan hokum, sehingga menjadi umat yang meyakini kebenaran kerasulan nabi Muhammad SAW dan ajaran Islam yang disampaikannya, kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Strategi dakwah Rasulullah SAW dalam berusaha mencapai tujuan yang luhur tersebut sebagai berikut:
1. Dakwah secara Sembunyi-sembunyi Selama 3-4 Tahun
Pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi ini, Rasulullah SAW menyeru untuk masuk Islam, orang-orang yang berada di lingkungan rumah tangganya sendiri dan kerabat serta sahabat dekatnya. Mengenai orang-orang yang telah memenuhi seruan dakwah Rasulullah SAW tersebut adalah: Khadijah binti Khuwailid (istri Rasulullah SAW, wafat tahun ke-10 dari kenabian), Ali bin Abu Thalib (saudara sepupu Rasulullah SAW yang tinggal serumah dengannya), Zaid bin Haritsah (anak angkat Rasulullah SAW), Abu Bakar Ash-Shiddiq (sahabat dekat Rasulullah SAW) dan Ummu Aiman (pengasuh Rasulullah SAW pada waktu kecil).
Abu Bakar Ash-Shiddiq juga berdakwah ajaran Islam sehingga ternyata beberapa orang kawan dekatnya menyatakan diri masuk Islam, mereka adalah:
۞    Abdul Amar dari Bani Zuhrah
۞    Abu Ubaidah bin Jarrah dari Bani Haris
۞    Utsman bin Affan
۞    Zubair bin Awam
۞    Sa’ad bin Abu Waqqas
۞    Thalhah bin Ubaidillah.
Orang-orang yang masuk Islam, pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi, yang namanya sudah disebutkan d atas disebut Assabiqunal Awwalun (pemeluk Islam generasi awal).
2. Dakwah secara terang-terangan
Dakwah secara terang-terangan ini dimulai sejak tahun ke-4 dari kenabian, yakni setelah turunnya wahyu yang berisi perintah Allah SWT agar dakwah itu dilaksanakan secara terang-terangan. Wahyu tersebut berupa ayat Al-Qur’an Surah 26: 214-216.
Tahap-tahap dakwah Rasulullah SAW secara terang-terangan ini antara lain sebaga berikut:
  1. Mengundang kaum kerabat keturunan dari Bani Hasyim, untuk menghadiri jamuan makan dan mengajak agar masuk Islam. Walau banyak yang belum menerima agama Islam, ada 3 orang kerabat dari kalangan Bani Hasyim yang sudah masuk Islam, tetapi merahasiakannya. Mereka adalah Ali bin Abu Thalib, Ja’far bin Abu Thalib, dan Zaid bin Haritsah.
  2. Rasulullah SAW mengumpulkan para penduduk kota Mekah, terutama yang berada dan bertempat tinggal di sekitar Ka’bah untuk berkumpul di Bukit Shafa.
Pada periode dakwah secara terang-terangan ini juga telah menyatakan diri masuk Islam dari kalangan kaum kafir Quraisy, yaitu: Hamzah bin Abdul Muthalib (paman Nabi SAW) dan Umar bin Khattab. Hamzah bin Abdul Muthalib masuk Islam pada tahun ke-6 dari kenabian, sedangkan Umar bin Khattab (581-644 M).
Rasulullah SAW menyampaikan seruan dakwahnya kepada para penduduk di luar kota Mekah. Sejarah mencatat bahwa penduduk di luar kota Mekah yang masuk Islam antara lain:
۞    Abu Zar Al-Giffari, seorang tokoh dari kaum Giffar.
۞    Tufail bin Amr Ad-Dausi, seorang penyair terpandang dari kaum Daus.
۞    Dakwah Rasulullah SAW terhadap penduduk Yastrib (Madinah). Gelombang pertama tahun 620 M, telah masuk Islam dari suku Aus dan Khazraj sebanyak 6 orang. Gelombang kedua tahun 621 M, sebanyak 13 orang, dan pada gelombang ketiga tahun berikutnya lebih banyak lagi. Diantaranya Abu Jabir Abdullah bin Amr, pimpinan kaum Salamah.
Pertemuan umat Islam Yatsrib dengan Rasulullah SAW pada gelombang ketiga ini, terjadi pada tahun ke-13 dari kenabian dan menghasilkan Bai’atul Aqabah. Isi Bai’atul Aqabah tersebut merupakan pernyataan umat Islam Yatsrib bahwa mereka akan melindungi dan membela Rasulullah SAW. Selain itu, mereka memohon kepada Rasulullah SAW dan para pengikutnya agar berhijrah ke Yatsrib.
3. Reaksi Kaum Kafir Quraisy terhadap Dakwah Rasulullah SAW
Prof. Dr. A. Shalaby dalam bukunya Sejarah Kebudayaan Islam, telah menjelaskan sebab-sebab kaum Quraisy menentang dakwah Rasulullah SAW, yakni:
  1. Kaum kafir Quraisy, terutama para bangsawannya sangat keberatan dengan ajaran persamaan hak dan kedudukan antara semua orang. Mereka mempertahankan tradisi hidup berkasta-kasta dalam masyarakat. Mereka juga ingin mempertahankan perbudakan, sedangkan ajaran Rasulullah SAW (Islam) melarangnya.
  2. Kaum kafir Quraisy menolak dengan keras ajaran Islam yang adanya kehidupan sesudah mati yakni hidup di alam kubur dan alam akhirat, karena mereka merasa ngeri dengan siksa kubur dan azab neraka.
  3. Kaum kafir Quraisy menilak ajaran Islam karena mereka merasa berat meninggalkan agama dan tradisi hidupa bermasyarakat warisan leluhur mereka.
  4. Dan, kaum kafir Quraisy menentang keras dan berusaha menghentikan dakwah Rasulullah SAW karena Islam melarang menyembah berhala.
Usaha-usaha kaum kafir Quraisy untuk menolak dan menghentikan dakwah Rasulullah SAW bermacam-macam antara lain:
۞    Para budak yang telah masuk Islam, seperti: Bilal, Amr bin Fuhairah, Ummu Ubais an-Nahdiyah, dan anaknya al-Muammil dan Az-Zanirah, disiksa oleh para pemiliknya (kaum kafir Quraisy) di luar batas perikemanusiaan.
۞    Kaum kafir Quraisy mengusulkan pada Nabi Muhammad SAW agar permusuhan di antara mereka dihentikan. Caranya suatu saat kaum kafir Quraisy menganut Islam dan melaksanakan ajarannya. Di saat lain umat Islam menganut agama kamu kafir Quraisy dan melakukan penyembahan terhadap berhala.
Dalam menghadapi tantangan dari kaum kafir Quraisy, salah satunya Nabi Muhammad SAW menyuruh 16 orang sahabatnya, termasuk ke dalamnya Utsman bin Affan dan 4 orang wanita untuk berhijrah ke Habasyah (Ethiopia), karena Raja Negus di negeri itu memberikan jaminan keamanan. Peristiwa hijrah yang pertama ke Habasyah terjadi pada tahun 615 M.
Suatu saat keenam belas orang tersebut kembali ke Mekah, karena menduga keadaan di Mekah sudah normal dengan masuk Islamnya salah satu kaum kafir Quraisy, yaitu Umar bin Khattab. Namun, dugaan mereka meleset, karena ternyata Abu Jahal labih kejam lagi.
Akhirnya, Rasulullah SAW menyuruh sahabatnya kembali ke Habasyah yang kedua kalinya. Saat itu, dipimpin oleh Ja’far bin Abu Thalib.
Pada tahun ke-10 dari kenabian (619 M) Abu Thalib, paman Rasulullah SAW dan pelindungnya wafat. Empat hari setelah itu istri Nabi Muhammad SAW juga telah wafat. Dalam sejarah Islam tahun wafatnya Abu Thalib dan Khadijah disebut ‘amul huzni (tahun duka cita).
(2) Tahap Interaksi dengan Masyarakat dan Perjuangan [Marhalah tafaa'ul wal kiffah]

Pada tahap ini dakwah Rasulullah berubah dari sembunyi-sembunyi menjadi terang-terangan. Dari aktiviti mendekati individu-individu untuk kemudian disiapkan kutlah (kelompok) menjadi menyeru secara langsung dan terbuka kepada masyarakat seluruhnya. Hal ini dilakukan

setelah Rasulullah beserta para pengikutnya mendapat perintah daripada Allah SWT:

"Maka sampaikanlah secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan kepadamu dan berpalinglah dari orang-orang musyrik." [Al-Hijr: 94]


Sejak saat itu maka bermulalah pertempuran antara kekafiran dengan keimanan, dan pertarungan antara pemikiran yang rosak dan tercemar melawan pemikiran yang benar dan suci. Pertempuran yang dasyat pada tahap dakwah itu segera mendapat reaksi keras daripada orang-orang kafir di Mekah. Sehingga menimbulkan tentangan berupa penyiksaan-penyiksaan yang hebat dan datang secara bertubi-tubi. Pada tahap ini, para pengikut Rasulullah SAW sungguh-sungguh diuji sampai sejauh mana kualiti keimanan mereka setelah tiga tahun dibina keperibadiannya (syakhsiyah) di Darul Arqam.


Penyiksaan secara keji terhadap orang-orang yang memeluk Islam banyak terjadi. Penyiksaan terhadap Bilal bin Rabah, keluarga Yasir, Khabab bin Arts, Abu Dzar Al Ghifari, Ibnu Mas'ud, serta boikot yang dilakukan oleh kaum kafir Quraisy terhadap kaum muslimin hanyalah sedikit contoh daripada ujian itu.


Di puncak penderitaan itu, Rasulullah SAW berharap ada orang kuat diantara pengikutnya yang dapat melindungi dakwah. Harapan Rasulullah tidak sia-sia. Saidina Hamzah, paman Rasulullah yang sangat disegani, masuk Islam ketika melihat Muhammad Rasulullah dianiaya dan dicaci

maki oleh Abu Jahal. Ketika itulah Rasulullah SAW berdoa:

"Ya Allah, kuatkanlah Islam dengan Abu Jahal bin Hisyam atau dengan Umar bin Khathtab."


Doa Rasulullah yang mengharapkan Umar bin Khaththab masuk Islam menjadi pengajaran bahawa dakwah Islam dimana pun perkembangannya memerlukan pendukung-pendukung yang kuat dari orang-orang yang memiliki pengaruh di hadapan masyarakat.


Pengajaran lain daripada peristiwa- peristiwa itu adalah bahawa penderitaan, ujian dan cubaan merupakan ujian iman untuk memisahkan antara haq dengan yang bathil. Manakah pengikut Rasulullah yang teguh dan bersungguh-sungguh dan mana yang bukan. Kisah-kisah ini sepatutnya menjadi pengajaran bagi semua kaum muslimin untuk tetap dapat istiqomah di jalan dakwah serta ikhlas menegakkan deenullah (Agama Allah), meskipun mendapat ancaman maut, dianiaya dan disiksa oleh penguasa yang zalim. Pengorbanan merupakan hal yang tidak dapat dihindari dalam setiap perjuangan dakwah.


Pada tahap ini, dakwah Rasulullah lebih banyak menggugat mengenai aqidah, sistem serta adat-istiadat jahiliyah orang-orang kafir Mekah. Hal ini dapat dilihat dari ayat-ayat Makiyah yang pada umumnya mengajak manusia untuk memikirkan kejadian alam semesta, agar meninggalkan kepercayaan nenek moyang yang mereka warisi dan amalkan dalam kehidupan mereka.


Ayat-ayat tersebut adalah sebagai berikut:


a) Dalam masalah
aqidah, seperti yang tersebut dalam firman Allah SWT:

"….. orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: `Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adaqlah pengikut jejak-jejak mereka.' (Rasul itu) berkata: `Apakah kamu akan mengikutinya juga sekalipun aku untukmu agama yang lebih nyata memberi petunjuk daripada apa yang kamu dapati bapak-bapakmu menganutnya? '…."[Az Zukhruf: 23-24]


b) Dalam Bidang
Sosial, Allah SWT berfirman:

"Apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, merah padamlah mukanya dan dia sangat marah. Dia menyembunyikan diri dari orang ramai kerana buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburnya dalam tanah. Ketahuilah, alangkah buruknya yang mereka tetapkan itu." [An Nahl: 58-59]


c) Dalam Bidang
Ekonomi, Allah SWT berfirman:

"Orang-orang yang menimbunkan emas dan perak serta tidak menafkahkannya di jalan Allah, beritahukanlah kepada mereka azab yang amat pedih."[At Taubah: 34]


Aktiviti dakwah yang dilakukan Rasulullah SAW membuatkan para tokoh pemimpin kafir Quraisy bertindak berkumpul di Darun Nadwah untuk membincangkan perilaku dan dakwah Rasulullah SAW yang telah menyusahkan mereka serta menggoncang kepimpinan mereka ke atas kaum Quraisy. Kemudian dibuat-buat isu bahawa Muhammad memiliki kata-kata yang menyihir, yang dapat memisahkan seseorang dengan isterinya, dari keluarganya, dan bahkan dari kaumnya. Akan tetapi kemudian Allah SWT mengkabarkan kepada Rasulullah SAW mengenai persekongkolan ini denagan firman-Nya:


"Sesungguhnya dia telah memikirkan dan menetapkan (apa yang ditetapkannya) . Maka celakalah dia, bagaimanakah dia menetapkan? Kemudian celakalah dia, bagaimanakah dia menetapkan? Kemudian dia memikirkan.Sesudah itu, dia bermasam muka dan merungut. Kemudian dia berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri. Lalu dia berkata: `(Al-Quran) ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang dahulu). Ini tidak lain hanyalah perkataan manusia.' Aku (Allah SWT) akan memasukkannya ke dalam (neraka) Saqar." [Al-Muddatstsir: 18-26]


Tatkala para pemimpin Mekah mengalami kejumudan dan mulai menyakiti Rasul setelah paman Baginda RAW, Abu Thalib wafat. Rasulullah berusaha mencari pendukung ke kota Tha'if. Tetapi usaha Baginda tidak berhasil bahkan disambut dengan penghinaan dan lemparan batu. Rasulullah juga menyeru para pemuka kabilah-kabilah Arab. Baginda berkata kepada mereka,


"Ya Bani fulan! Saya adalah utusan Allah bagi kalian, dan menyeru kepada kalianuntuk beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan- Nya, dan agar kalian meninggalkan apa yang kalian sembah, agar kalian beriman kepadaku dan percaya kepadaku, dan agar kalian membela dan melindungiku, sehingga aku bisa menjelaskan apa yang telah disampaikan Allah kepadaku."


Dalam Sirah Ibnu Hisyam diriwayatkan, "Zuhri menceritakan bahawa Rasulullah SAW mendatangi secara peribadi Bani Kalban, akan tetapi mereka menolak. Baginda juga mendatangi Bani Hanifah, dan meminta kepada mereka nusroh (pertolongan) dan kekuatan, namun tidak adaorang Arab yang lebih keji penolakannya terhadap Baginda kecuali Bani Hanifah. Baginda juga mendatangi Bani Amir bin Sha'sha'ah, mendoakan mereka kepada Allah dan meminta kepada mereka secara peribadi. Kemudian berkatalah seorang laki-laki dari mereka yang bernama Baiharah bin Firas: `Demi Allah, seandainya aku mengabulkan pemuda Quraisy ini, sungguh orang Arab akan murka.' Kemudian ia berkata: `Apa pendapatmu jika kami membai'atmu atas urusan kamu, kemudian Allah memenangkanmu atas orang yang menyisihmu, apakah kami akan diberi kekuasaan setelah engkau?' Rasulullah SAW berkata kepadanya: `Urusan (kekuasaan) itu hanyalah milik Allah, yang Dia berikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki.' Baiharah berkata: `Apakah kami menyerahkan leher-leher kami kepada orang Arab padahal jika Allah memenangkan kamu, urusan (kekuasaan) itu bukan untuk kami. Kami tidak perlu urusanmu.' "


Baginda SAW selain aktif berdakwah kepada kabilah-kabilah di sekitar Mekah, Baginda juga mendatangi kabilah-kabilah di luar Mekah yang datang tiap-tiap tahun ke Mekah, baik untuk berdagang mahupun untuk mengunjungiKa' bah, di jalan-jalan, pasar Ukadz, dan Mina. Sampai

suatu ketika pada musim haji, datanglah serombongan orang dari suku Aus dan Khazraj dari Yatsrib (Madinah). Kesempatan ini digunakan oleh Rasulullah SAW untuk menyampaikan dakwah. Ketika rombongan ini mendengar ajakan Rasul, satu sama lain antara mereka saling
berpandangan sambil berkata: "Demi Allah, dia ini seorang nabi seperti yang dianjurkan orang-orang Yahudi kepada kami."

Kemudian mereka menerima dakwah Rasulullah SAW sambil berkata: `Kami tinggalkan kaum kami disana dan tidak ada pertentangan serta permusuhan antara kaum kamidengan kaum yang lain, mudah-mudahan Allah SWT mempertemukan mereka denganmu dan menerima dakwahmu, maka tidak ada lagi orang yang paling mulia darimu.' [Sirah Ibnu Hisyam 1: 428]


Tatkala tahun berikutnya tiba dan musim haji datang, dua belas orang lelaki dari penduduk Madinah bertemu dengan Rasulullah SAW di Aqobah. Mereka berbai'at kepada Rasulullah SAW yang dikenal dengan Bai'atul Aqabah.


Isi baiat (Pengistiharan untuk patuh)
tersebut adalah:

"Tidak menyekutukan Allah, tidak mencuri, tidak berzina dan tidak membunuh anak-anak kecil, tidak berbohong serta tidak menentang Rasulullah dalam perbuatan ma'ruf."[ Hadis Riwayat Bukhari ]


Setelah bai'at itu, mereka kembali ke Madinah bersama utusan Rasul, yaitu Mush'ab bin Umair untuk mengajarkan Al-Quran dan hukum agama. Pada tahun berikutnya, Mush'ab bin Umair kembali ke Mekah bersama tujuh puluh lima orang Madinah yang telah masuk Islam. Dua diantaranya adalah wanita dan mereka membai'at Rasulullah SAW. Bai'at ini dinamakan Bai'atul Aqabah II. Selesai melakukan bai'at, Rasulullah menunjuk dua belas orang untuk menjadi pemimpin masing-masing qabilah mereka.


Abbas bin Ubadah, salah seorang dari mereka berkata kepada Rasulullah:


"Demi Allah yang mengutusmu dengan kebenaran, bila engkau mengizinkan, kami akan perangi penduduk Mina besok pagi dengan pedang-pedang kami."


Jawab Rasulullah SAW:


"Kita belum diperintahkan untuk itu, dan lebih baik kembalilah ke kenderaanmu masing-masing. "[Sirah Al Halabiah II: 176]


Jelas bahawa sebelum hijrah ke Madinah dan membangunkan Daulah di Madinah, kewajiban berjihad di dalam Islam belum diperintahkan. Dengan demikian dapat diketahui bahawa dakwah Rasulullah dalam period Mekah adalah dakwah dalam rangka memperkenalkan Islam melalui dakwah fikriyyah (intelektual) kemudian membina umat, mengatur barisan dan menyusun kekuatan untuk kemudian Hijrah ke Madinah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar